Minggu, 30 Januari 2011

Valley Of The Wolves : Palestine

Kapal MV Mari Marmara menjadi terkenal ketika kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan untuk Palestina ini diserang pasukan Israel pada Mei 2010 silam.
Tujuannya tak lain agar bantuan yang sudah dikumpulkan tidak bisa sampai untuk rakyat Palestina.
Tragedi penyerangan kapal MV Mavi Marmara, merupakan bagian dari gerakan “Gaza Freedom Flotilla” yang menyebabkan kemarahan dunia.
Padahal keenam kapal yang diorganinasi oleh gerakan Free Gaza Movement dan the Turkish Foundation for Human Rights and Freedoms and Humanitarian Relief (IHH) dari awal sudah menyatakan bahwa hanya membawa bantuan kemanusiaan untuk penduduk Palestina, yang telah diblokade begitu lama dari dunia luar oleh zionis Israel, sehingga tidak bisa mendapat bantuan sama sekali dari dunia luar.



Jangankan berhasil mengantarkan misi kemanusiaan, keenam kapal yang gagal menembus blokade laut Israel di Gaza ini malah dipaksa kembali ke Turki.
Sedangkan MV Mavi Marmara yang berisi 8 orang berkebangsaan Turki dan seorang Turki Amerika, menjadi bulan-bulanan senjata pasukan Israel.
Berangkat dari kejadian yang sempat menggegerkan dunia, Zübeyr Şaşmaz, sang sutradara, kini mengangkatnya ke layar kaca dan dikemas dengan judul Valley of the Wolves : Palestine.
Dalam film yang rencananya akan rilis 28 Januari 2011 ini, mengisahkan tentang sekelompok pasukan komando Turki yang dipimpin oleh Polat Alemdar (diperankan oleh Necati Sasmaz) berhasil menyusup ke wilayah Israel, untuk memburu seseorang yang amat bertanggungjawab atas tragedi penyerbuan Flotilla, Mose Ben Eliyezer (Erdal Besikçioglu).
Film dibuka dengan adegan pembunuhan di atas kapal Marmara Mavi yang menyoroti pada popularitas daerah Turki.
Instruksi Polat adalah: balas kematian sembilan warga Turki di atas MV Mavi Marmara dan penderitaan semua orang Palestina.



Film ini diyakini akan menyulut kembali kemarahan dunia dan mempertegang hubungan antara Irak dan Israel. Apalagi Israel tidak menganggap remeh keberadaan film ini. Valley of the Wolves merupakan sebuah film berseri yang tayang mingguan di layar kaca Turki sejak tahun 2003.
Pada dasarnya, Valley of the Wolves menceritakan perjalanan Polat, seorang mata-mata yang ditugasi untuk melakukan beberapa misi yang mustahil.



Polat bahkan disejajarkan dengan James Bond yang juga menerima banyak misi mustahil namun tetap bisa terselesaikan. Sebagai James Bondnya Turki, sosok Polat cukup mengena di hati masyarakat. Bahkan gaya Polat menjadi style tersendiri bagi remaja di Turki.
Berbagai misi yang diemban Polat kebanyakan bertajuk pada persoalan dunia. Seperti “24″ disilangkan dengan “Law and Order” di mana ratingnya melambung tinggi.
“The Valley of the Wolves: Palestine” masuk dalam jajaran film termahal di Turki dengan menelan biaya produksi sebesar 20 juta dollar. Dan mengambil lokasi syuting di Adana dan Tarsus, melibatkan lebih dari 400 orang kru.



We’re calling out to people’s conscience. All we want is freedom for innocent and tormented Palestinian people living in inhumane conditions in the world’s biggest prison” Begitulah pendapat yang dikemukakan sang penulis skenario.
Sebelum mengetengahkan nasib rakyat Palestina yang dipenjara di tanahnya sendiri, Bahadır Özdener, selaku sang writer, juga pernah mengusik perihal perang Irak yang tidak berkesudahan dalam Valley of the Wolves : Iraq.
 


Film yang menceritakan kekejian tentara Amerika di tanah Irak ini sukses berat hingga disaksikkan 4,2 juta orang di Turki, walaupun film tersebut dinilai anti Semit dan anti Amerika. Namun film yang dibintangi Gary Busey ini dinilai gagal menarik perhatian dari penonton Amerika dan Eropa. Mungkin karena kekurangan dari sisi sinematografi.
Film Valley of the Wolves secara tidak langsung ingin menyiratkan bahwa Turki sedang berada di bawah dua kekuatan asing, Amerika dan Israel”  ujar Orhan Tekelioglu, seorang aktivis yang telah menulis resensi mengenai film fenomenal ini.



Apakah film yang mengetengahkan penderitaan Palestina dan sebagai sekuel dari The Valley of the Wolves ini bisa menghentakkan publik kembali, seperti pada sekuel tentang Irak? Dan apakah Amerika dan Israel kembali akan merasa terganggu?
Kita lihat saja nanti..  Masyarakat dunia kini telah melihat segala persoalan dengan kritis. Jadi,  kalau AS dan Israel tidak ingin dikritik melalui film, berhentilah untuk berperang dan memperebutkan kepentingan minyak di Timur Tengah.


 Buat yang ingin melihal trialnya, saya menyediakaanya :


 Ini ada salah satu film yang disarankan untuk agan-agan menontonya, selamat menonton.

Tidak ada komentar: