Jumat, 26 November 2010

Indonesia Hadapi Beban Ganda

Penularan lewat hubungan seksual kembali menjadi cara penularan HIV/AIDS tertinggi di Indonesia. Sampai dengan bulan September 2010 tercacat 22.726 orang menderita AIDS. Sekitar 51,3 persen penularan berasal dari hubungan seksual pada pasangan heteroseksual dan 39, 6 persen infeksi berasal dari jarum suntik di kalangan pengguna narkoba.



"Saat ini Indonesia menghadapi beban ganda dalam cara penularan seksual, yakni lewat jarum suntik dan hubungan seksual. Meski begitu, dibanding dengan sebelumnya tahun ini kasus infeksi baru lewat jarum suntik turun menjadi 39 persen dari 50 persen di tahun 2006," papar Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Nafsiah Mboi dalam acara peluncuran Pekan Kondom Nasional di Jakarta (26/11).

Ia menjelaskan, penurunan jumlah infeksi baru di kalangan pengguna narkoba itu antara lain disebabkan makin tingginya pengetahuan para pengguna narkoba mengenai HIV/AIDS. "Bisa dibilang sekarang mereka lebih bertanggung jawab. Bahkan, banyak yang membeli sendiri jarum suntik yang baru dan steril," katanya.

Di lain pihak, saat ini terdapat 1,6 juta orang yang hidup dengan HIV karena tertular dari suami atau pasangan seksual mereka. "Jumlah orang yang terinfeksi HIV AIDS menurut pekerjaan, yang paling banyak adalah ibu rumah tangga, baru diurutan berikutnya pekerja seks," tambah Nafsiah.

Karena itu saat ini KPAN gencar mengampanyekan penggunaan kondom terutama untuk hubungan seksual beresiko. "Untuk mengejar target MDG's kini kami melakukan strategi total footbal. Para pekerja seks harus diberdayakan bahwa mereka berhak untuk sehat. Di lain pihak para laki-laki juga ditingkatkan kesadarannya akan tanggung jawabnya sebagai laki-laki untuk mau menggunakan kondom jika mereka memiliki risiko tertular penyakit seksual, termasuk HIV," katanya.

Penggunaan kondom masih dianggap sebagai cara paling mudah dan efektif dalam mencegah laju penyebaran infeksi menular seksual, terutama HIV. Untuk itu menjelang Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember mendatang, KPAN bekerja sama dengan DKT Indonesia, UNAIDS dan Indonesia Business Coalition on AIDS menyelenggarakan Pekan Kondom Nasional.

DKT Indonesia sebagai produsen kondom juga melakukan peluncuran produk kondom wanita sebagai bagian dari program Pilihan Wanita Karena Wanita Peduli. "Poin utama peluncuran ini adalah memberikan pilihan bagi wanita, khususnya jika pria menolak menggunakan kondom. Setiap wanita berhak melindungi diri," ujar Todd Callahan, country director DKT Indonesia, dalam kesempatan yang sama.

Zat Kimia Ancam Organ Reproduksi

Kasus gangguan pada organ reproduksi akhir-akhir ini semakin meningkat. Selain kelainan pada organ reproduksi, berbagai penelitian menunjukkan anak-anak perempuan masa kini mengalami masa pubertas yang lebih cepat dibandingkan dengan beberapa dekade lalu.



Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada bulan Agustus 2010 menunjukkan, gadis-gadis cilik di Amerika Serikat kini mengalami pubertas dini, yakni sudah dimulai pada usia 7 tahun. Masa pubertas ditandai dengan berkembangnya payudara dan tumbuhnya rambut kemaluan pada perempuan.

Dalam laporan yang dimuat di jurnal Pediatrics, para peneliti mengemukakan ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi pubertas dini tersebut, antara lain adalah faktor genetik, lingkungan yang tercemar bahan-bahan kimia, bertambahnya lemak dalam tubuh, dan kegemukan.

Mengenai paparan bahan kimia, Dr Linda Giudice, dokter kandungan di Amerika Serikat, baru-baru ini menyatakan dampak bahan kimia pada kesehatan organ reproduksi. "Banyak bukti-bukti yang menyatakan bahwa pencemaran lingkungan berpengaruh pada berbagai gangguan kesehatan reproduksi," kata Giudice, ketua departemen ilmu obstetrik, ginekologi dan reproduksi di Universitas California, San Francisco, AS.

"Saya telah menangani ribuan pasien, termasuk remaja pria yang mengalami jumlah sel sperma sedikit atau remaja yang menderita kanker testis. Ada banyak remaja putri yang baru berusia 17 tahun dan sudah menopause dan gadis-gadis cilik yang sudah puber di usia 6 tahun," katanya.

Giudice saat ini aktif mengampanyekan bahaya paparan zat-zat kimia dari produk rumah tangga, termasuk bahan makanan. Ia mengatakan, beberapa bahan kimia yang terbukti berkaitan dengan kanker, gangguan perkembangan anak, asma, gangguan reproduksi, dan masalah kesehatan lainnya masih diizinkan untuk beredar.

"Saat ini kita terkepung oleh zat-zat berbahaya lewat udara, air, makanan, minuman, kosmetik, pestisida, serta barang-barang rumah tangga yang tiap hari kita pakai," katanya.

Mayoritas gadis yang mengalami pubertas lebih dini (sekitar usia 7 tahun) memiliki kadar zat kimia yang cukup tinggi dalam darahnya. Beberapa jenis bahan kimia tersebut sebenarnya sudah dilarang cukup lama, tetapi sebagian besar berasal dari zat pembersih yang biasa dipakai dalam rumah tangga.

Pubertas yang semakin muda dikhawatirkan berdampak pada peningkatan kanker payudara atau kanker rahim saat dewasa, juga masalah psikologis, mulai dari rendah diri, masalah makan, hingga depresi dan bunuh diri.

Molly Gray, seorang ibu rumah tangga, menemukan tingginya zat toksik dalam darahnya selama  hamil. Ia sudah beberapa kali mengalami keguguran dan menduga racun dalam tubuhnya sebagai pemicunya.

Kemudian ini mengubah gaya hidupnya. Ia hanya mengonsumsi sayuran organik, menghindari ikan yang tinggi kadar merkurinya, tidak lagi memakai wadah makanan dari plastik, dan beralih pada produk-produk pembersih yang "hijau".

Jangan Simpan AMDK di Tempat Panas

Masyarakat konsumen air minum dalam kemasan (AMDK), termasuk para pedagang, diharapkan tidak menaruh botol air minum di tempat yang overheat (panas). Sebab, bila disinari cahaya matahari secara langsung, kemasan plastik bisa migrasi atau masuk ke dalam air.



"Penting bagi masyarakat mengonsumsi air minum yang terjaga higienitasnya dengan level total koloni mikroorganisme yang rendah," kata Technical Advisor Nestle Pure Life Indonesia, Martin, di Jakarta, Kamis ( 25/11/2010 ).

Menurut Martin, pada dasarnya air minum merupakan produk yang sangat sendiri terhadap perubahan kualitas. Karena itu, Nestle Pure Life selalu memberikan edukasi kepada klien distributor dan penjualnya. Salah satu bentuk edukasi Nestle Pure Life kepada kliennya adalah jangan menaruh produk AMDK di tempat yang terkena sinar matahari setelah dus sudah dibuka. "Kalau buka dus, diharapkan hanya men-display setengah dus saja. Sisanya tetap ditaruh di dalam dus," ujar Martin.

Ia melanjutkan, Nestle Pure Life mengedepankan kepentingan konsumen dengan menghadirkan AMDK yang terjaga higienitasnya sehingga konsumen merasa lebih segar ketika meminum Nestle Pure Life. "Sejak awal, Nestle Pure Life berkomitmen bukan saja memberikan manfaat sehat air. Tapi, juga menjamin keamanan dan higienitas AMDK bagi konsumen," tuturnya.

Diambil dari mata air Ciburial (Bogor), Nestle Pure Life menerapkan kejujuran dan melakukan uji laboratorium secara berkala, sehingga produk AMDK terjaga higienitasnya dan rasanya lebih segar serta tidak berbau apek atau busuk.

Rutinitas uji laboratorium Nestle Pure Life dilakukan di Lembaga Sertifikasi Produk yang telah terakreditasi sesuai KAN (Komite Akreditasi Nasional). Pengujiannya dilakukan berdasarkan sejumlah komponen dalam SNI 01-3553-2006.

"Nestle Pure Life telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO) dan persyaratan Permenkes No 492 Tahun 2010 tentang Air Minum," tegas Martin.

Hati-hati Pilih Air Minum Dalam Kemasan

Masyarakat dianjurkan memilih produk air minum dalam kemasan (AMDK) yang terjamin higienis dan tidak mengandung bakteri coli form (E Coli). Jika meminum AMDK yang punya bakteri di atas ambang batas, kesehatan seseorang bisa terganggu dan terkena penyakit.



"Masyarakat perlu berhati-hati dalam membeli produk AMDK. Kalau tidak, kita bisa kena masalah pencernaan, seperti diare dan muntaber," kata Kepala Seksi Pengujian Balai Besar Industri Agro (BBIA), Mulhaquddin, Kamis ( 25/11/2010 ) di Jakarta.

Mulhaquddin menegaskan, produsen AMDK perlu memperhatikan uji kualitasnya dengan menggunakan laboratorium yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Pakem yang digunakan pun harus sesuai dengan aturan AMDK dan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Untuk mengetahui suatu AMDK sudah terjamin higienitasnya, diperlukan level TPC (total koloni mikroorganisme) yang rendah. "Kalau TPC-nya sudah rendah, AMDK itu tidak cuma aman dikonsumsi, tapi juga rasanya yang lebih segar dan tidak menghasilkan zat-zat yang berbau tidak sedap," ujar dia.

Kepala Bidang Pengujian Sertifikasi dan Kalibrasi BBIA, Maman Rohaman, memaparkan, air yang layak dan aman untuk diminum dapat ditinjau dari dua segi. Pertama, fisik melalui rasa yang normal, tidak berbau, warna (maksimal 5 unit Pt-Co), p6 6,0 hingga 8,5 dan kejernihannya maksimal 1,5 NTU.

Kedua, bebas dari bahan kimia, radioaktif dan bakteri berbahaya (seperti Escherichia coli, Salmonella dan Pseudomonas aeruginosa).

Jumat, 19 November 2010

Gaya Hidup Sehat di Ajang Internasional

Hidup sehat sangat diidam-idamkan setiap orang, baik pria atau perempuan, tua atau muda, warga negara Indonesia ataupun warga negara di belahan dunia lainnya. Tak ada yang menginginkan sakit, sehat sekarang menjadi mode dan tren. Kampanye hidup sehat banyak disuarakan berbagai pihak. Berawal dari kampanye nasional, lantas ide ini menginspirasi Nutrifood untuk menyelenggarakan ajang Mister International 2010 di Jakarta setelah menyisihkan negara lainnya.



Menurut Christian Widi Nugraha, Brand Manager L-Men, penyelenggaraan Mister International bertujuan mengkampanyekan gaya hidup sehat bernutrisi. "Kami ingin memotivasi para pria Indonesia untuk lebih peduli terhadap kesehatan dan penampilan," kata Widi.

Bertemakan Transformation, L-Men ingin menginspirasi para pria Indonesia untuk melakukan perubahan dalam hidup menjadi lebih baik, terutama pola hidup sehat. Terbukti, ajang Mister International 2010 mendapat sambutan positif. Mereka pun datang ke Indonesia. Sekitar 40 peserta dari berbagai negara yang umumnya berprofesi sebagai model ini antusias berpartisipasi. Tahun ini merupakan tahun kelima ajang Mister International digelar oleh Mister Singapore Organization.

Bagi Widi, acara ini memiliki makna ganda. Pertama mengkampanyekan gaya hidup sehat ke dunia internasional. Kedua, memajukan pariwisata Indonesia. Selama pageant period, para peserta kemudian diajak mengunjungi berbagai obyek wisata di Jakarta, Bandung dan Bali. Di Jakarta mereka diantaranya mengunjungi Museum Gajah. Di Bandung, mereka diajak merasakan indahnya suara musik tradisional angklung Mang Udjo dan berlatih silat. Di Bali pun mereka dihibur oleh beragam tarian dan bertandang ke tempat-tempat wisata, seperti pantai Dreamland, Tanjung Benoa, arung jeram di Sungai Ayung, Bali Zoo, dan Bali Classic Center.

"Cuaca di Bali tak beda jauh dengan di Namibia," kata Barnabas Hangey Weyulu (27), peserta dari Namibia ketika asyik menikmati keindahan pemandangan di Bali Classic Center, Ubud, Minggu (14/11/2010).
Selama empat hari berada Bali, selain dipadati dengan berbagai pemotretan, agar tidak jenuh mereka banyak belajar soal hidup, kebudayaan dan masyarakat setempat. Saat memasuki Bali Classic Center di Ubud, Gianyar, mereka terkagum-kagum dengan tari selamat datang yang disuguhkan. Para peserta begitu antusias mendengarkan penjelasan soal kehidupan masyarakat Bali sehari-hari, bersatu dengan alam sekitar. Yang paling mereka sukai adalah berlatih tari kecak dan berbaur bersama seniman Bali lainnya.

Thomas Sebastian (25), peserta asal Indonesia sangat menikmati keindahan Pulau Dewata. Pria yang lahir di Bandung, 3 Januari 1985 ini mewakili Indonesia dalam ajang Mister International. Dengan tinggi 181 cm dan berat 74 kilogram, Thomas tentu menyandang beban berat karena sebagai tuan rumah, dia pasti diharapkan muncul sebagai pemenang.

Namun siapa sangka operasional manager di sebuah perusahaan tekstil ini dulunya memiliki bobot 98 kilogram. "Perlu kerja keras menurunkan berat badan seperti sekarang," ujarnya disela-sela sesi pemotretan di pantai Dreamland, Pecatu. Tak heran untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit, penggemar musik dan biliar ini rutin ke gym 4 kali seminggu. "Selama 2 jam saya habiskan di gym," sambung Thomas.

Surfing
Namanya sesi pemotretan, sudah pasti diperlukan partisipasi, kedisiplinan, keseriusan para peserta. Untuk itu berkali-kali pengarah gaya berteriak-teriak melalui megapon agar seluruh peserta konsentrasi penuh saat pengambilan gambar di pantai Dreamland, Pecatu, dimana matahari sedang bersinar terik. Ternyata deburan ombak di pantai Dreamland tak mampu membuat Tim Boulenger (25), peserta dari Australia berkonsentrasi.

Tim yang berdiri di barisan belakang sering kali mengalihkan pandangannya ke arah ombak yang datang bergulung-gulung ke pantai Dreamland itu. Pengarah gaya pun tak kenal lelah berteriak-teriak agar Tim melihat kamera. Begitu sesi pemotretan selesai, Tim lah yang paling dulu bergegas meninggalkan lokasi. Dia mengambil papan berselancar dan langsung merasakan deburan ombak pantai Dreamland. Wajar Tim kebelet ingin berselancar atau surfing, pasalnya dia berprofesi sebagai instruktur berselancar di Australia.

Setelah puas menikmati alam Bali, mereka kembali ke Jakarta untuk bersiap-siap mengikuti pemilihan Mister International pada 20 November 2010. Lantas apa saja yang menjadi penilaian para dewan juri? Alan Sim, President Mister Singapore Organization mengatakan penilaian dititikberatkan kepada penampilan fisik, fotogenitas, kepribadian, karakter yang menarik dan kemampuan berkomunikasi. Nah, siapa pemenangnya, kita tunggu.

Flu Burung Ditemukan Kembali di Hongkong

Pemerintah Hongkong mengumumkan ditemukannya kasus flu burung pada manusia yang pertama dalam tujuh tahun terakhir ini. Hongkong juga telah meningkatkan status kewaspadaan flu burung menjadi level "serius" yang berarti berisiko tinggi menjadi penyakit fatal.



Kasus flu burung pada manusia terakhir kali ditemukan di Hongkong tahun 2003 setelah mewabah dan mengakibatkan enam orang meninggal pada tahun 1997. Wabah penyakit ini juga menyebabkan jutaan unggas dimusnahkan.

Kasus flu burung yang muncul kembali ini ditemukan pada wanita berusia 59 tahun setelah mengunjungi daratan China. Menurut hasil pemeriksaan, wanita tersebut positif influenza A (H5) atau strain baru flu burung setelah sebelumnya ia ke rumah sakit dengan keluhan demam dan batuk, kemudian didiagnosa pneumonia (radang paru). Kondisinya saat ini cukup parah meski sudah mendapat perawatan di rumah sakit.

Pejabat kesehatan setempat saat ini masih mencari tahu apakah ia terpapar virus tersebut di Hongkong atau ditempat lain, selain juga memonitor orang-orang yang telah melakukan kontak dengannya. Menurut keterangan, wanita tersebut bepergian ke daratan China antara tanggal 23 Oktober dan 1 November bersama dengan suami dan anaknya.

Sejauh ini memang belum ada tanda-tanda adanya penularan dari manusia ke manusia. Karena itu, Pemerintah Hongkong menyatakan akan berkonsentrasi pada unggas sebagai media penularan.

"Kami berkonsentrasi pada unggas sebagai asal penularan pertama. Namun, kami juga menganalisa orang-orang yang telah melakukan kontak dengan penderita ketika ia di Hongkong dan telah menunjukkan gejala," kata pejabat kesehatan York Chow.

1,6 Juta Perempuan Berisiko Terinfeksi HIV1,6 Juta Perempuan Berisiko Terinfeksi HIV

Sekitar 1,6 juta perempuan berisiko terinfeksi HIV lantaran menikah atau berhubungan seksual dengan laki-laki berisiko tinggi. Penularan HIV lewat hubungan heteroseksual saat ini paling sulit dikendalikan.



Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafsiah Mboi mengatakan di Jakarta, Senin (15/11/2010), berdasarkan pemodelan dari KPAN, laki-laki berisiko tinggi merupakan laki-laki pelanggan atau pembeli seks—jumlahnya sekitar 3,1 juta—dan 230.000 pengguna narkoba jarum suntik yang juga kemungkinan membeli seks. Pria berisiko tinggi karena melakukan aktivitas seksual tidak aman (tanpa kondom) dan kemudian menularkan HIV kepada pihak lain.

Menurut Nafsiah Mboi, masih amat sulit mengubah perilaku, termasuk membiasakan penggunaan kondom. ”Perempuan pekerja seks punya posisi tawar sangat rendah sehingga sulit memastikan pelanggannya memakai kondom. Apalagi ada iming-iming dibayar lebih banyak jika tanpa kondom,” kata Nafsiah.

Padahal, berdasarkan survei KPAN, pengetahuan laki-laki sebetulnya cukup tinggi tentang bahaya penularan penyakit dan manfaat penggunaan kondom. ”Kecuali di Jepang yang laki-lakinya terbiasa memakai kondom,” ujarnya.

Upaya penanggulangan HIV/AIDS di kalangan perempuan pekerja seks pun semakin tidak mudah karena pembubaran lokalisasi yang sepertinya bertujuan baik sebenarnya kontraproduktif dengan penanggulangan HIV/AIDS.

”Kebijakan yang menyatakan prostitusi sebagai maksiat dan pembubaran lokalisasi, misalnya, mengakibatkan pekerja seks komersial masuk populasi umum dan rumah-rumah penduduk sehingga sulit terjangkau program penanggulangan HIV dan tes kesehatan,” ujarnya. (INE)

Plasenta Bayi Jangan Langsung Dipotong

Para ahli kandungan dari Inggris menyerukan pada dokter dan bidan untuk tidak tergesa-gesa memotong tali pusat bayi yang baru dilahirkan. Tujuannya supaya lebih banyak sel punca (stem cell) dan nutrisi vital yang dialirkan dari tubuh ibu ke bayi.



Plasenta atau disebut juga tali pusat merupakan saluran suplai makanan dan antibodi dari ibu ke bayi selama di kandungan. Begitu bayi lahir, plasenta akan ikut dikeluarkan dan dipotong. Biasanya plasenta akan dipotong 30 detik hingga satu menit setelah proses persalinan.

Para ahli dari Inggris menyebutkan, ada banyak keuntungan yang diraih bayi jika dokter tidak terburu-buru memotong plasenta. "Dengan membiarkannya sesaat, makin banyak darah yang disalurkan ke bayi dan banyak 'hadiah' berharga yang dimiliki bayi karena transplantasi sel punca alami ini," kata Dr.Paul Sanberg dari Centre of Excellence for Ageing and Brain Repair.

Selama proses persalinan, plasenta dan tali pusat akan berkontraksi dan memompa darah ke bayi. Begitu darah telah mencapai keseimbangan, denyut tali pusat berhenti dan darah berhenti mengalir.

Bila dokter atau bidan menunda memotong tali pusat atau menunggu sampai denyutannya berhenti, maka bayi akan mendapatkan transfer darah secara utuh. Berbagai penelitian juga menunjukkan tindakan tersebut akan mencegah bayi menderita anemia.

"Darah dari tali pusat mengandung sel punca yang sangat berharga. Karenanya proses ini disebut juga sebagai transplantasi sel punca alamiah. Manfaat dan keunikan darah tali pusat, termasuk kemampuannya berdiferensiasi belum banyak diketahui," kata Sanberg.

Sanberg dan timnya menemukan bahwa menunda pemotongan plasenta paling tidak satu menit akan mengurangi risiko berbagai penyakit pada bayi, seperti pernapasan, penyakit paru kronik, anemia, gangguan mata, dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of Cellular and Molecular Medicine.

Banyak Keringat, Tanda Kelainan Jantung?

Sering, kita jumpai anak yang kepala atau telapak tangannya selalu berkeringat. Sampai-sampai si anak mengadu pada orang tuanya dengan kesal karena setiap kali menulis atau memegang sesuatu, telapak tangannya berkeringat. Habis dilap, keringat akan mengucur kembali.Bahkan, ada anak yang tetap berkeringat meski berada di ruangan ber-AC.



Nah, kebanyakan orang tua lantas menjadi cemas, "Jangan-jangan anak saya terkena penyakit jantung." Bukankah salah satu gejala penyakit jantung adalah penderita mengeluarkan banyak keringat?

Disertai gejala lain

Memang, seperti diakui Dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed. Paed.,  keluarnya banyak keringat bisa merupakan gejala penyakit kronis, seperti TBC, Malaria, atau gagal jantung. "Tapi jangan dibalik, lo. Bukan banyak keringat yang mengakibatkan penyakit jantung, misalnya," tukas spesialis anak Konsultan Ahli Jantung Anak Bagian Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.

Keluarnya banyak keringat juga bisa ditemukan pada anak yang memang punya kecenderungan untuk alergi (atopi). Selain itu, tumor pada kelenjar adrenalin juga bisa menyebabkan banyaknya keringat yang keluar. "Tapi ini biasanya disertai dengan gelisah dan tekanan darah tinggi," tutur Najib. Anak dengan obesitas juga sering banyak mengeluarkan keringat, "karena lapisan lemaknya tebal, sehingga ia merasa panas terus," lanjutnya.

Penghentian pemakaian obat-obat tertentu, seperti obat penenang, juga bisa membuat anak berkeringat. "Kalau pemberian obat dihentikan, anak jadi gelisah. Akibatnya, keringat bercucuran." Kondisi lain, karena hipoglikemi (kadar gula darah dalam tubuh menurun), kondisi hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), kekurangan vitamin B6, atau karena intoksikasi (keracunan) salisilat. "Salisilat adalah salah satu obat penurun panas. Jika dosis yang diberikan berlebih akan membuat anak banyak berkeringat."

Dengan demikian, kita patut curiga bila si kecil mengeluarkan banyak keringat disertai gejala-gejala lain, atau sebelumnya tak pernah berkeringat dan tiba-tiba di usia 2 tahun ia mengeluarkan banyak keringat dibarengi gejala-gejala lain.

Misalnya, anak banyak berkeringat dibarengi sesak napas, mungkin merupakan penyakit jantung. Atau, bayi yang enggak kuat menyusu; saat menyusu sebentar-sebentar berhenti dan berkeringat. "Kita harus curiga dan segera membawanya ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut," tukas Najib.

Kondisi yang normal

Itu sebabnya para orangtua jangan keburu cemas dulu, apalagi sampai panik bila si kecil mengeluarkan banyak keringat. Kalau memang tak ada gejala lain yang menyertainya, berarti banyaknya keringat yang dikeluarkan merupakan kondisi normal yang sering dijumpai pada anak. Terlebih lagi, kata Najib, pada kebanyakan kasus, banyaknya keringat yang keluar bukan lantaran penyakit atau kelainan tertentu. "Bisa saja memang bawaan anak begitu, sejak bayi memang sudah banyak atau gampang berkeringat."

Ada beberapa kondisi yang bisa membuat anak banyak berkeringat. Diantaranya, emosi. Misalnya, stres. "Ini bisa menyebabkan keringat yang keluar bertambah." terang Najib. Kondisi lain, mungkin pakaian yang dikenakannya terlalu tebal. Apalagi bila gerakan-gerakan fisiknya juga bisa membuat ia gampang berkeringat. "Anak yang sedang demam atau baru sembuh dari demam pun akan mudah berkeringat," tambah Najib.

Disamping itu, suhu lingkungan yang tinggi. Bukankah jika suhu lingkungan tinggi, maka suhu tubuh pun akan terpengaruh? Sehingga, secara mekanisme alamiah, keluarlah keringat. Jadi, normal, kan? Justru dengan keluarnya keringat, suhu tubuh akan turun. Badan pun jadi dingin karena keringat yang keluar akan menguap dan mengambil panas dari kulit.

Makanan yang berbumbu, seperti lada atau cabe, juga akan semakin merangsang pengeluaran keringat. Enggak usah pada anak, kita saja yang dewasa jika mengkonsumsi makanan dengan kandungan lada atau cabe juga akan berkeringat lebih banyak dari biasanya. Iya, kan?

Yang perlu diperhatikan justru mengurangi faktor-faktor pencetus banyaknya pengeluaran keringat. Misalnya, kalau sudah tahu si anak lebih mudah berkeringat, ya, jangan memakaikan baju tebal-tebal di siang hari bolong. Apalagi saat anaknya sedang beraktivitas di luar rumah. "Sebaiknya gunakan bahan yang menyerap keringat." Kemudian, hindari makanan pencetus, seperti yang mengandung lada dan cabe.

Pada anak obesitas, dianjurkan untuk mengurangi berat badan atau paling tidak pertambahan berat badannya dikurangi. Misalnya, diet; banyak makan sayur dan buah-buahan, hindari makanan yang berlemak dan berkabohidrat tinggi. (Nakita/Hasto Prianggoro)

Jumat, 12 November 2010

Pasien Kanker dalam Bungkus Rokok

Wajah seorang pasien kanker yang terlihat kurus dan pucat dipilih oleh pemerintah federal Amerika Serikat sebagai salah satu gambar dalam kemasan rokok. Selain itu juga terseda gambar mulut yang terkena kanker serta grafis dampak merokok, seperti "merokok menyebabkan kanker", "rokok akan membunuh Anda,"  yang ditulis dalam huruf besar dan mencolok.



Grafis-grafis "menyeramkan" itu diharapkan bisa membuat para pecandu nikotin menghentikan kebiasaannya merokok. Grafis itu merupakan bagian dari kampanye terbaru yang diumumkan Food and Drug Administration dan Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia untuk mengurangi jumlah perokok. Di negeri Paman Sam ini tiap tahunnya 443.000 orang meninggal karena rokok.

Saat ini sudah disiapkan 36 gambar "seram" untuk nantinya dipilih 9 gambar yang akan dipakai dalam kemasan rokok yang beredar di sana. Inisiatif pemerintah AS itu mengikuti kebijakan serupa yang sudah dilakukan di Australia, Kanada, Inggris, dan negara lainnya.

"Kami sengaja memilih gambar-gambar yang sebagian diantaranya tampak mengerikan karena persoalan kecanduan rokok ini adalah masalah yang sangat serius dan dampak kesehatan yang tidak remeh," kata Margaret Hamburg, FDA commisioner.

Kebijakan pengendalian tembakau di AS merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Pencegahan Merokok dalam Keluarga dan Pengendalian Tembakau yang ditandatangani Presiden Barack Obama tahun 2009 lalu. Dengan UU tersebut, FDA memiliki kewenangan untuk mengendalikan tembakau, termasuk pengaturan pemasaran dan pengemasan, pelarangan produk dan pembatasan kadar nikotin.

Kompas.com

Dokter Lupa Cuci Tangan, Pasien Terancam

Penanganan dari satu pasien ke pasien lainnya dan kondisi lingkungan di rumah sakit menjadikan tangan para dokter dan perawat rentan menjadi media penularan kuman penyakit.



Walau kebiasaan menjaga kebersihan tangan terbukti dapat mengurangi penyebaran kuman patogen di fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun, kesadaran tenaga kesehatan menjalankan prosedur mencuci tangan selama bekerja masih relatif rendah.

Studi di beberapa negara menunjukkan, tingkat kebiasaan mencuci atau membersihkan tangan di kalangan pekerja kesehatan di rumah sakit masih di bawah 50 persen.  Kondisi yang mirip juga terjadi di Indonesia.

Hasil riset yang dilakukan Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) pada Januari-Februari 2010 di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) menunjukkan, tingkat kepatuhan para dokter membersihkan tangan masih di bawah 40 persen, sedangkan kepatuhan para perawat rata-rata mencapai 60 persen.

Fenomena ini cukup memprihatinkan, padahal infeksi di lingkungan rumah sakit atau disebut infeksi nosokomial dapat menimbulkan efek yang fatal dan beban yang sangat besar.

Di Amerika Serikat saja, infeksi di rumah sakit ditengarai membunuh lebih banyak daripada HIV. Sebuah riset menyebutkan, setiap tahunnya sekitar 48.000 orang meninggal karena infeksi yang didapat selama mereka berobat ke rumah sakit. Diperkirakan, sepertiga dari 1,7 juta infeksi di negeri Paman Sam itu merupakan infeksi nosokomial.

Kampanye di kalangan tenaga medis
Dalam upaya meningkatkan kesadaran tenaga kesehatan menjaga kebersihan tangan dan mencegah infeksi, Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) dan Bayer Schering Pharma bekerjasama dalam sebuah kampanye yang ditujukan kepada dokter dan perawat di beberapa rumah sakit di Indonesia.

Peluncuran program kampanye kebersihan tangan dan pengendalian infeksi tesebut diluncurkan Kamis (11/11/2010) kemarin di Jakarta.  Kampanye ini juga merupakan bentuk dukungan pada program Save Lives: Clean Your Hands dari the World Health Organization yang bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan tenaga medis membersihkan tangan pada waktu-waktu tertentu dan dengan cara yang benar.

”Melalui kampanye ini, kami berharap para dokter dan perawat di Indonesia akan lebih memahami dan meningkatkan kepeduliannya dalam menjaga kebersihan tangan untuk mengendalikan penyebaran infeksi di lingkungan rumah sakit, serta lebih gencar lagi mengingatkan pasien untuk rajin mencuci tangan untuk menghindari penularan penyakit,” ungkap Ketua Perdalin, Djoko Widodo.

Djoko menambahkan, penularan mikro organisme dalam lingkungan rumah sakit melalui tangan pekerja kesehatan dapat terjadi dengan berbagai cara. Awalnya, kuman berpindah dari tangan atau kulit pasien ke barang-barang yang ada di sekitar pasien seperti pakaian, tempat tidur, selimut, dan lain-lain.

Kemudian, dokter atau perawat pun terkontaminasi saat melakukan pemeriksaan atau perawatan rutin dengan menyentuh kulit pasien atau barang-barang di sekitarnya, meski mereka menggunakan sarung tangan sekalipun. Kuman penyakit dapat bertahan di tangan para pekerja kesehatan selama setidaknya beberapa menit setelah kontaminasi terjadi.

"Karena itu, membersihkan tangan yang dikenal sebagai 5 momen, yaitu 1) sebelum kontak dengan pasien, 20 sebelum tindakan asepsis, 3) setelah terkena cairan tubuh pasien, 4) setelah kontak dengan pasien, dan 5) setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien merupakan prosedur yang paling utama dalam mencegah kuman berkembang biak dan menyebar di rumah sakit,” tambah  Djoko.  

Lebih lanjut Djoko menyebut setidaknya ada empat jenis infeksi yang paling sering muncul di Rumah Sakit. "Infeksi pada saluran nafas (paru-paru), saluran darah, saluran kemih dan area bedah," ujarnya.

Kompas.com

"Gamma Knife" Atasi Tumor Tanpa Operasi

Dalam waktu dekat, di Indonesia akan hadir peralatan kedokteran canggih bernama gamma knife. Alat berteknologi mutakhir ini dapat mengobati tumor yang sulit dideteksi tanpa operasi.
    
"Saat ini peralatan gamma knife belum ada di Indonesia karena harganya mahal sehingga penderita tumor terpaksa berobat ke luar negeri," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH) Karawaci Prof Dr Eka Julianta Wahjoeparmono di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/11/2010).



Di sela-sela seminar internasional bedah saraf yang diikuti 210 peserta dari mancanegara di Nusa Dua itu, Eka menyatakan bahwa tahun depan UPH berencana membeli peralatan kedokteran seharga sekitar 6 juta dollar AS itu. UPH rencananya akan menggandeng rekanan dari Negeri Paman Sam.

Menurutnya, gamma knife dapat menolong pasien penderita penyakit tumor pada kepala yang sulit untuk dideteksi, termasuk dengan operasi, karena keterbatasan alat. "Penggunaan alat itu bisa dilakukan dengan cara ditembakkan menggunakan sinar," ujarnya.

Presiden Organisasi Bedah Syaraf Asia dan Oceania itu juga menyayangkan banyaknya penderita tumor yang berobat ke luar negeri dengan biaya yang mahal, padahal dapat diatasi para ahli bedah saraf di Indonesia bila alat itu ada.

Sebagai contoh, untuk operasi tumor yang sulit dideteksi, warga Indonesia harus mengeluarkan uang mencapai Rp 130 juta bila berobat ke Singapura dan Rp 75 juta jika ke Taiwan.

"Memang tidak semua penderita tumor atau penyakit saraf lainnya berobat ke luar negeri. Ada juga yang di dalam negeri. Di Rumah Sakit Siloam, Karawaci, tempat saya praktik, menangani sekitar 300 pasien per tahun," katanya.

Ia juga menjelaskan, berdasarkan kajian, penggunaan gamma knife dapat mengurangi penderita penyakit gila yang diderita pasien.

Menurut dia, sumber daya manusia bidang kedokteran bedah saraf di Indonesia tidak kalah dengan luar negeri, hanya peralatannya yang tebatas. 

Eka juga mengatakan, saat ini cukup banyak pasien gangguan saraf dari luar negeri, seperti Singapura, Hongkong, Malaysia, Belanda, Kanada, Swiss, dan Amerika Serikat menjalani operasi dan perawatan di RS Siloam Karawaci dengan biaya relatif murah.

"Biaya di kota cukup murah. Untuk pengobatan pasien yang sarafnya terjepit misalnya hanya Rp 60 juta, sementara di Singapura mencapai Rp 400 juta," ujarnya.

Demikian pula bila ada pasien menderita pecah pembuluh darah di otak. Jika berobat ke Amerika, maka dana yang dibutuhkan sebesar Rp 250 miliar. Namun, biaya itu di RS Siloam hanya Rp 500 juta.

Kompas.com

Sabtu, 06 November 2010

Lisensi ESET 1 November 2010

Bagi kamu yang pake antivirus ESET smart security dan butuh lesensi biar bisa update terus dan biar komputer kamu gak kena virus, saya punya beberapa lesensi untuk 1 Novenber 2010. Nih saya kasih dah...

Username : TRIAL-37745495
Password : a32edn48ab
Username : TRIAL-37745573
Password : 6a58vmnp2j
Username : TRIAL-37745546
Password : fmkauvakka
Username : TRIAL-37745533
Password : epvbrcphas
Username : TRIAL-37745588
Password : upecf46fmu
Username : TRIAL-37745600
Password : 3bhe7ucdfv

Indra Pendengaran Pengaruhi Kecerdasan

Anak-anak yang pada masa bayi memiliki kepekaan pendengaran yang baik, biasanya akan mempunyai kecerdasan yang cukup baik. Kita perlu merangsang kepekaannya.

Bayi sudah peka terhadap suara sejak di kandungan. Banyak penelitian telah membuktikannya. Misalnya, bayi akan menunjukkan perubahan kecepatan mengisap dan merespon ketika mendengar musik yang biasa diperdengarkan selama ia masih berada di kandungan, atau ketika ia mendengar tuturan cerita yang pernah didengarnya saat masih di kandungan.

Nah, itu ada kaitannya dengan perkembangan kognitif. Makanya, seperti dituturkan Lidia L. Hidajat, MPH.,  kepekaan pendengaran biasanya dikaitkan dengan perkembangan kognitif bayi selanjutnya. "Anak-anak yang pada masa bayi menunjukan kepekaan pendengaran yang baik, biasanya akan mempunyai kecerdasan yang cukup baik," kata psikolog dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta ini.




Rangsangan dengan musik

Banyak cara bisa dilakukan orang tua untuk merangsang kepekaan indra pendengaran bayi. Salah satunya dengan memperdengarkan musik. Sebagaimana kita ketahui, sejumlah penelitian telah dilakukan di beberapa negara, termasuk Indonesia, untuk melihat keterkaitan antara pemberian musik selama bayi di kandungan dengan kecerdasan.

Kendati penelitian di Indonesia, tutur Lidia, belum dapat membuktikan bahwa musik dapat meningkatkan kecerdasan, namun musik jelas dapat menenangkan bayi yang rewel. Jadi, tak ada salahnya Bapak-Ibu merangsang pendengaran si kecil dengan musik. Adapun jenis musik yang disarankan ialah musik klasik atau easy listening . Kenapa tidak jenis musik lain, rock, misalnya? "Karena musik rock, menurut penelitian, dapat mengakibatkan sikap agresif.
Sedangkan jenis musik klasik atau musik yang easy listening  memiliki nada-nada yang mudah diikuti, termasuk oleh bayi," terang Lidia. Selain musik, suara ibu-bapak dan orang-orang yang dekat dengan bayi juga dapat merangsang kepekaan indra pendengaran si kecil, tutur Lidia.

Bahkan menurut beberapa pakar, kepekaan pendengaran bayi sebenarnya sudah terasah ketika usianya belum genap tiga hari. Bukankah sejak janin, pendengarannya sudah peka terhadap suara? Nah, pada usia sedini itu, bayi sudah bisa membedakan suara ibunya dari suara orang lain.

Walaupun belum mengerti, bayi juga menunjukan perilaku yang berbeda ketika mendengar bahasa yang biasa diucapkan ibunya ketimbang bahasa lain yang asing di telinganya. Itulah mengapa, para ahli menyarankan agar ibu memberikan contoh bahasa yang baik dan benar. Jadi, jangan omong dengan pengucapan yang dicadelkan. Nanti si kecil malah jadi bingung.

"Mainan gemerincing yang banyak dijual di pasaran juga dapat digunakan untuk merangsang kepekaan indra pendengaran bayi," lanjut Lidia. Pada bayi kecil yang belum dapat menggenggam, Ibu dan Bapak bisa merangsangnya dengan membantu mengguncangkan mainan di dekatnya. Lain hal pada bayi yang sudah lebih besar, ia bisa memainkannya sendiri.

Berbagai Penyakit Mengincar PascabencanaBerbagai Penyakit Mengincar Pascabencana

Warga yang selamat dari letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, bukan berarti bebas dari berbagai masalah kesehatan. Justru berbagai macam penyakit kini mengintai mereka setelah terjadinya bencana alam. Gunung api yang meletus antara lain menimbulkan awan panas yang merupakan campuran material letusan, seperti gas dan bebatuan berbagai ukuran. Suhu sangat tinggi, 300-700 derajat celsius, dan kecepatan lumpur sangat tinggi, lebih dari 70 km per jam, tergantung kemiringan lereng.
Letusan juga disertai hujan abu lebat berisi material batu dan pasir halus. Gas racun keluar dari rongga-rongga atau rekahan gunung (tidak hanya saat erupsi), biasanya karbon dioksida (CO), hidrogen sulfida (HS), hidrogen klorida (HCL), sulfur dioksida (SO), dan karbon monoksida (CO). Beberapa gunung yang mempunyai karakteristik letusan gas beracun, antara lain, Gunung Tangkuban Perahu di Bandung Utara, Dieng di Jawa Tengah, serta Gunung Papandayan dan Gunung Ciremai di Jawa Barat.



Luka bakar berbeda
Letusan gunung bisa menimbulkan luka bakar dari awan panas dan uap panas gunung api. Pengajar epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko W, mengatakan, luka bakar yang timbul akibat letusan gunung api berbeda dengan luka bakar karena api biasa atau siraman air panas. Suhu api sekitar 120 derajat celsius dan air panas setidaknya 100 derajat celsius sehingga luka yang terjadi umumnya sebatas pada kulit.
”Pada luka bakar akibat uap panas gunung api, lukanya lebih dalam, dapat mencapai otot karena suhu mencapai 400-600 derajat celsius,” ujarnya.
Selain itu, uap panas yang terhirup mengakibatkan kerusakan organ, misalnya saluran pernapasan, tergantung lama dan jarak paparan.
”Mukosa (lapisan dalam) saluran pernapasan rusak sehingga cairan terganggu. Jika panas mencapai bronkus, dapat memengaruhi elastisitas bronkus dan mengganggu pernapasan. Dampak akan lebih berat kalau mencapai trakea,” ujarnya. Sejauh mana luka bakar akibat letusan gunung api tersebut dapat disembuhkan, tergantung keparahan.
Bella Donna dari Divisi Manajemen Bencana Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengatakan, luka bakar luas, yakni 80-90 persen tubuh, menyebabkan kurangnya cairan tubuh sehingga mengganggu keseimbangan elektrolit, gangguan pada jantung, dan penurunan fungsi tubuh. Bahkan, mengakibatkan kematian.

Infeksi saluran pernapasan
Lontaran debu, pasir, dan gas dari letusan gunung api juga mengganggu saluran pernapasan.
”Pernapasan yang sehat mampu menyaring materi debu. Namun, terlalu lama terpapar menimbulkan dampak kronis ke saluran pernapasan dan penyakit seperti pneumonia,” ujar Tri Yunis.
Gangguan lain dapat timbul lantaran gas berbahaya. Hidrogen sulfida, misalnya, menyebabkan mual, muntah, dan pusing. Di samping itu, terlalu banyak mengisap karbon dioksida menyebabkan seseorang kekurangan oksigen dan berujung kematian. Demikian juga gas karbon monoksida yang bisa menyebabkan keracunan pada sistem saraf dan jantung.
Tebaran debu vulkanik juga bisa menyebabkan iritasi dan infeksi pada saluran pernapasan dan mata. Karena itu, penggunaan masker membantu pencegahan masuknya bahan polutan ke paru dan saluran napas. Gangguan yang mungkin terjadi karena gas dan abu vulkanik, antara lain, infeksi saluran pernapasan akut, hipersensitivitas, dan perburukan untuk yang sudah terkena gangguan paru sebelumnya.
Bencana tsunami
Bencana tsunami juga membawa banyak risiko pada kesehatan. Risiko paling banyak, antara lain, saat terjadi tsunami banyak orang tenggelam. Adapun bagi yang selamat, menurut Tri Yunis, air yang sempat memenuhi paru-paru mengakibatkan komplikasi serius.
Air yang masuk ke paru menimbulkan pembengkakan yang mengganggu fungsi paru, mengakibatkan infeksi, dan pneumonia (radang paru). Rawan terjadi pula sepsis atau infeksi umum akibat beredarnya kuman penyakit dalam darah yang biasanya disebabkan oleh bakteri.
Adapun air laut yang masuk ke dalam tubuh rawan menimbulkan masalah keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Pada penderita tenggelam air laut biasanya terjadi kenaikan natrium dan klorida serum sehingga perlu adanya koreksi guna menyeimbangkan elektrolit tubuh.
Masalah lain ialah mayat terendam air yang belum dikuburkan atau tersimpan berhari-hari lamanya di rumah sakit.
Racun mayat biasanya mulai tercium setelah delapan jam kematian. Umumnya, gas yang keluar hidrogen sulfida atau amonia, hasil aktivitas bakteri.
”Biasanya tidak sampai mematikan, tergantung paparannya. Namun, bisa menyebabkan akibat akut, seperti mual dan muntah,” ujar Tri Yunis.
Selain gas, dihasilkan pula cairan asam dan cairan lain yang mengandung protein beracun. Cairan dapat masuk ke tubuh bersama dengan bakteri berbahaya lainnya. Pembusukan juga mengundang serangga penyebar penyakit, seperti lalat. ”Semua bangkai pada dasarnya merupakan penyebar penyakit, akibatnya bermunculan kasus tifus atau kolera,” ujarnya.

Patah tulang dan tetanus
Gempa yang diikuti tsunami mengakibatkan kerusakan bangunan sehingga kerap terjadi patah tulang dan luka-luka pada warga yang tertimpa runtuhan.
Bella Donna mengungkapkan, puing-puing, termasuk bagian tajam besi atau paku yang berkarat, jika melukai tubuh rawan pula menimbulkan tetanus dan infeksi. Pada situasi demikian, pertolongan pertama menjadi sangat penting. Jika tetanus dibiarkan dapat menelan korban jiwa.
Tak hanya berbagai ancaman di atas. Situasi serba darurat, perburukan lingkungan, minimnya air bersih, dan kerusakan sejumlah fasilitas kesehatan, jika tidak diantisipasi dengan baik, akan menurunkan kualitas kesehatan warga. Bencana kerap diikuti dengan adanya kantong-kantong pengungsian. Masalah pada pengungsian terkait kepadatan orang berkumpul dan daya tahan tubuh rendah. Kondisi tubuh pengungsi biasanya melemah akibat kelelahan dan stres.
Ketiadaan sarana pembuangan limbah (air bekas cuci piring dan sayur), pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, dan pembuangan sampah memunculkan tempat perkembangbiakan kuman dan vektor penyakit.
Bahan polutan dari gunung berapi dapat pula mengontaminasi sumur minum atau sumber makanan penduduk. Pencemaran dan tidak baiknya kondisi pengungsian meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular, seperti diare, kulit, infeksi saluran napas akut, serta demam berdarah dengue dan malaria.
Bella Donna mengatakan, dengan menjalani perilaku hidup bersih dan sehat di pengungsian serta sigapnya penanganan dari pemerintah, setidaknya sebagian penyakit dapat dicegah.  
(INE/www.bnpb.go.id)